Miras : Quo Vadis Generasi Muda?

Daftar Isi


 Sebuah riset mencengangkan tersaji pada 2014 silam. Ada 23 persen remaja di Indonesia mengonsumsi minuman keras (miras). Ini meningkat sangat pesat dibandingkan pada 2007 yang hanya sebesar 4,7 persen. 


Riset dilakukan oleh GeNAM (Gerakan Nasional Anti Miras) pimpinan Fakhira Idris. Ada jarak waktu 7 tahun. Saya tak membayangkan berapa besar jumlah penikmat miras saat ini di kalangan anak muda. Pasti mengejutkan sekaligus tentu saja menyedihkan. 

Pemerintah memang tak tinggal diam. Diduga, adanya kenaikan penenggak miras karena mudahnya barang haram tersebut didapat. Karena itu pemerintah melarang peredaran miras di setiap minimarket sejak 16 April 2015, bersamaan dengan keluarnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang perubahan kedua atas Permendag Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol. 

Tapi faktanya, upaya itu tak berpengaruh signifikan. Anak-anak muda melakukan upaya menghadirkan miras dalam bentuk lain yang kita sebut oplosan. Sebuah penelitian dilakukan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta bersama Pusat Penguatan Otonomi Daerah (PPOD) pada 2017. Hasilnya,  konsumsi minuman beralkohol oplosan oleh anak di bawah umur mencapai 65,3 persen. Innalillahi... 

Menarik untuk dikaji. Mengapa anak-anak remaja tergiur miras? Banyak faktor. Menurut riset yang dirilis Choices Scholastik, faktor-faktor itu adalah keluarga, teman sebaya, budaya, media, dan teknologi. 

Padahal, bahaya alkohol yang ada di dalam miras sangat dahsyat. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism menyebutkan, alkohol dapat membuat gangguan memori pada otak. Semakin sering seseorang mengonsumsi minuman beralkohol alias miras, semakin besar kerusakan pada otaknya. Kecuali itu, juga mengakibatkan munculnya berbagai macam penyakit. Dari radang lambung, gangguan pada jantung, perlemakan hati, hingga sirosis. 

Kita tak membayangkan jika anak-anak muda negeri ini terus terjebak pada pusaran miras. Wajah Ibu Pertiwi terancam suram. Kita bisa kehilangan generasi di tengah bonus demografi yang melimpah. 

Karena itu, segala upaya melegalkan miras patut kita tolak. Dan semua ikhtiar menyelamatkan generasi muda harus kita dukung. Agar tak ada tanya: Quo Vadis generasi muda?

Deni Ardini
Sekretaris KNPI Kota Bekasi

Posting Komentar